Jika disuruh memilih, antara membaca buku dan olahraga saya akan memilih membaca buku. Jadi buat yang tahu saya, ikut lomba lari itu sesuatu yang ngga mungkin. Untuk menjaga kebugaran, paling saya jalan kaki dan sesekali renang atau lari. Tapi tentu saja ngga sampai 5 kilometer seperti yang mau saya ceritakan ini.
Keikutsertaan saya di acara lari semata-mata karena ajakan dari Shasa, partner traveling setia yang setelah pindah ke Jakarta jadi demen ikut lari-larian. Berhubung kami sekarang sudah pisah kota, lomba lari ini sekaligus menjadi ajang main bareng. Lari yang saya ikuti adalah FEBulous run dari alumni Fakultas Ekonomi UGM sekitar 6 bulan lalu, tepatnya September 2019. Duh ketauan saya males nulis nih.
Sebagai pengalaman pertama mengikuti lari, saya ngga punya target muluk-muluk. Sederhana saja, bisa finish dengan selamat maksimal 60 menit. Idealnya, sebelum ikutan lari latihan dulu kan ya biar badan terbiasa. Apa daya, sekitar dua minggu sebelum tanggal lomba lari, kaki saya sakit. Tiba-tiba saja pas lagi jalan-jalan kaki seperti keseleo. Ternyata sampai di hari H, kaki saya belum sembuh sepenuhnya. Lalu apakah saya tetap lari? Yup, saya memaksakan diri untuk ikut lari. Hasilnya? Saya finish dengan komposisi jalan lebih banyak daripada lari. Alhamdulillah, masih di bawah 60 menit.
Oya, kalau melihat rutenya, saya masih ngga percaya bisa juga saya lari sejauh itu. Tapi memang manusia begitu kan, kadang merasa dirinya tidak mampu bahkan sebelum mencoba.