Sudah lama saya ingin bercerita tentang Observatorium Bosscha. Meski baru dua kali ke sini (2015 dan April 2017) saya suka banget dengan Bosscha. Selain berada di Lembang yang terkenal adem aura Bosscha yang tenang membuat saya jatuh cinta. Kompleks observatorium Bosscha sendiri merupakan kawasan yang dikelola oleh ITB dan menjadi tempat penelitian bagi mahasiswa Astronomi. Asal mula pendirian tempat ini berasal dari sumbangan pengusaha perkebunan bernama Karel Albert Bosscha. Kecintaan pada ilmu pengetahuan lah yang membuat pak Bosscha menghibahkan kekayaannya untuk pendirian observatorium.
Kunjungan perseorangan di Observatorium Bosscha dibuka setiap Sabtu dan Minggu. Saya sarankan untuk ke sana pagi. Selain akses ke Lembang yang bebas macet, berkunjung pagi membuat kita bisa menikmati udara segar dan suasana tenang di observatorium lebih lama. Buat yang suka foto-foto, datang pagi hari berarti lebih puas mengambil gambar dan bergaya 🙂
Bangunan yang paling terkenal dari kompleks observatorium Bosscha adalah rumah teleskop Zeiss yang disebut kupel. Kalau kita mencari #bosschaobservatory atau #observatoriumbosscha di instagram, gambar yang paling banyak keluar adalah kupel Zeiss. Dalam kunjungan ke Observatorium Bosscha, setiap orang akan mengikuti dua kegiatan. Pertama masuk ke dalam kupel untuk melihat cara kerja teleskop Zeiss dan kedua penjelasan tentang perbintangan di ruang multi media.
Pemandu saya siang itu bernama mas Zainudin yang berprofesi sebagai peneliti. Beliau menjelaskan bahwa di belakang lokasi observatorium Bosscha terdapat patahan Lembang yang bila gempa tidak akan lebih dari 7 skala richter. Bangunan kupel sendiri didesain tahan sampai 7 SR. Di Bosscha terdapat 22 teleskop dan lima diantaranya merupakan teleskop besar.
Setelah bercerita tentang sejarah Bosscha, mas Zainudin membahas tentang teleskop Zeiss. Teleskop ini memiliki berat 17 ton dan didesain untuk digerakkan oleh manusia. Penggunaan teleskop Zeiss sendiri adalah untuk mengamati bintang berpasangan atau bintang ganda. Nah kalau mau tahu tentang apa itu bintang ganda, mangga ke Bosscha dan bertanya pada pemandu di sana. Untuk menunjang pengamatan, kubah atau atap dari rumah teleskop Zeiss bisa berputar. Selain itu lantai teleskop bisa ditinggikan. Saya masih ngga kebayang pada masa itu di tahun 1920-an, orang sudah berpikir membuat alat sedemikian rupa yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Keren sekali.
Di ruang multimedia, saya dan pengunjung lain diajak untuk mengenal tentang dunia astronomi. Suasana di ruangan ini seperti nostalgia masa sekolah. Hahaha, hayo kapan teman-teman terakhir belajar tentang tata surya? Oya, dari penjelasan pemandu saya jadi tahu kalau polusi cahaya di sekitar observatorium Bosscha sudah mengkhawatirkan. Cahaya yang berasal dari lampu bangunan sekitar baik rumah maupun hotel dapat mengganggu pengamatan malam. Itulah mengapa direncanakan pembangunan observatorium baru di daerah Nusa Tenggara Timur. Kalau ingat polusi cahaya, saya jadi kangen rumah saya di Kulon Progo. Di rumah, saya masih bisa melihat pemandangan langit yang indah. Tentu saja hal ini berbeda dengan yang saya rasakan waktu tinggal di Bandung.
Nah buat yang mau ikut mengamati langit dengan teleskop, Observatorium Bosscha membuka kunjungan malam. Ini ngga tiap malam ya, ada jadwal-jadwal tertentu setiap bulan. Gimana, tertarik buat berkunjung ke sini?
Baru tahu saya kalau ada kunjungan malam untuk umum. Belum pernah ke sana soalnya 🙂
Bisa dicoba ke sana sekalian ikut yang jadwal malam. Kayanya lebih seru dari yang siang 🙂